"Enaknya, Bu. Anaknya sudah sukses semua." Kata seorang tetangga kepada mamahku.
"Alhamdulillah ya, Len. Dulu susah, sekarang tinggal menuai hasil jerih payah. Anak-anak sudah sukses, apalagi si Novi jadi PNS. Nggak seperti saya, sudah pensiun malah susah. Karena anak sudah nikah tapi anak masih bergantung pada saya dan saya malah bayar asisten rumah tangga pula." Cerita seorang kerabat kepada mamahku.
Itu sebagian cerita mengenai pendapat orang kepada keluarga kami. Alhamdulillah kalau mereka berpendapat bahwa kami sebagai anak dari mamah adalah orang sukses. Meskipun dalam pendapat ini, takaran kesuksesannya adalah materi dan jabatan. Tapi biarlah, tiap orang memang memiliki pendapat berbeda-beda.
Saya dilahirkan dalam keluarga yang sederhana. Papa bekerja sebagai polisi dan mama bekerja sebagai tukang jahit. Namun semenjak adik lahir, mama memutuskan untuk fokus mengurus rumah tangga alias Ibu rumah tangga. Sehingga papa yang menafkahi kami dengan gajinya sebagai polisi. Meski begitu, Papa dan Mama menginginkan kami sekolah sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Minimal kami bisa kuliah diploma tiga. Menurut mereka, kami bisa mendapatkan pekerjaan bagus dengan pendidikan tinggi dan bisa mengangkat kehidupan keluarga kami.
Keluarga kami menganut prinsip "PENDIDIKAN ITU PENTING". Kalau kata Papa, "Biarlah Papa pensiun hanya sebagai sersan, yang penting anak-anak tidak putus sekolah". Papa rela membuang jauh mimpi bersekolah demi menyeekolahkan anak-anaknya. Karena jika Papa memaksakan diri sekolah polisi pada saat kami juga bersekolah, bisa dipastikan kami tidak makan dan tidak dapat membayar uang sekolah (enaknya jaman sekarang, sekolah negeri tidak dipungut biaya alias gratis. Jaman saya sekolah semua bayar, ya uang sekolah ataupun buku) karena gaji papa digunakan untuk biaya hidup selama di asrama. Setidaknya Papa lebih beruntung ketimbang Mama. Papa bisa menyelesaikan sekolahnya hingga SMA dan sempat bekerja sebagai mantri di RSUP Sardjito. Mama malah tidak pernah lulus SD karena keluarganya yang tidak mengijinkan bersekolah dan malah menyuruhnya bekerja. Makanya Mama selalu bilang "Jangan sampai seperti Mama, karena tidak lulus SD makanya jadi tukang jahit. Kalian harus bisa lebih dari Mama."
Saya dan Sekolah
Saya tidak pernah duduk di bangku TK karena saya memang tidak ingin sekolah TK. Alasannya karena TK hanya makan-makan dan bermain. Bisa jadi ini menyebabkan saya kurang kreatif, karena tidak pernah mengasah kreatifitas di TK, hehe. Sebenarnya alasan ini timbul karena saya sering melihat Kakak belajar di sekolah, tidak pakai acara makan dan main-main (yang waktu itu kelas 3 SD). Jadi, saya ingin ikut-ikutan belajar seperti Kakak.
Di usia 4 tahun lebih, Mama memasukkan saya ke SD dekat rumah. Ini pun saya dititipkan oleh guru di sana. Kata Mama, kalau memang saya tidak mampu menyerap pelajaran, tidak perlu dinaikkan ke kelas 2. Tapi nyatanya saya mampu menyerap baik pelajaran di sekolah. Bahkan ketika ada pekerjaan rumah (PR), saya mengerjakannya sendiri dan tidak mau di bantu Mama.
Pada saat saya duduk di bangku kelas 3 SD, Papa tertipu rekan bisnisnya. Sehingga kondisi keuangan keluarga kami sangat memprihatinkan, bahkan kami sekeluarga terpaksa tinggal bersama kakek (orang tua dari mama) karena kami tidak mampu membayar uang sewa rumah. Saya pun terpaksa pindah sekolah karena sekolah yang lama letaknya jauh dari rumah kakek dan pastinya untuk menghemat biaya transportasi. Saya memang bukan pelajar berprestasi di sekolah. Tapi Alhamdulillah saya selalu lulus dengan nilai memuaskan dan melanjutkan ke SMP unggulan di wilayah tersebut (Unggulan atau tidak, saya kurang tahu pastinya. Sing penting sekolah negeri, hehe)
Selama bersekolah di SMP tersebut, saya pernah beberapa kali dapat peringkat di kelas. Ini entah otak saya yang bener atau gurunya salah nilai, entahlah, haha. Yang pasti saya suka banget Matematika dan sempat bercita-cita menjadi guru matematika. Pada saat kelas 3 SMP, saya memiliki guru matematika, dia mengajarkan saya cara cepat menghitung persamaan x+y=xy. Semenjak itu, saya sangat mencintai matematikan dan bisa menyelesaikan ujian matematika dengan nilai bagus. Pak Teguh, thanks a lot.
Alhamdulillah, saya lulus dengan nilai memuaskan dan bisa memilih sekolah favorit. Inginnya masuk SMA karena si pacar aka suami masuk SMA. Namun, saya lebih memilih masuk SMK karena usulan dari mama dan lulus SMK bisa langsung bekerja. Sedangkan kalau lulusan SMA, lebih berorientasi kuliah ketimbang bekerja. Rasanya tak tega menambah beban kedua orang tua saya dengan membiayai kuliah.
Saya memang sempat berucap kepada Mama. Jika saya lulus SMK nanti, saya ingin langsung kerja dan tidak mau kuliah. Kalaupun kuliah, saya maunya di Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Mama inginya saya tetap melanjutkan pendidikan hingga diploma tinggi meskipun di Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Mama menyuruh saya kuliah di tempat kakak. Kakak kuliah di salah satu akademi yang biaya kuliahnya jauh dibawah standar dan saat itu memang lagi booming. Tapi saya ndak mau, hehe. B
Menjelang hari-hari kelulusan, beberapa PTN mengadakan seleksi masuk melalui jalur PMDK (Penyaluran Minat dan Bakat-kalau ndak salah, saya lupa, hehe) di sekolah saya. Saya coba ikut selesksi melalui jalur tersebut. Alhamdulillah saya dan beberapa teman lulus seleksi dan diterima di salah satu PTN di Jakarta. Rejeki memang takkan lari kemana dan tidak akan pernah tertukar. Mungkin ini juga berkat doa Mama.
Menjelang hari-hari kelulusan, beberapa PTN mengadakan seleksi masuk melalui jalur PMDK (Penyaluran Minat dan Bakat-kalau ndak salah, saya lupa, hehe) di sekolah saya. Saya coba ikut selesksi melalui jalur tersebut. Alhamdulillah saya dan beberapa teman lulus seleksi dan diterima di salah satu PTN di Jakarta. Rejeki memang takkan lari kemana dan tidak akan pernah tertukar. Mungkin ini juga berkat doa Mama.
Alhamdulillah, tahun 2007, saya lulus kuliah dengan IPK memuaskan dan mendapat gelar A.Md (Ahli Madya. Meski keluarga kami mengontrak dan kondisi keuangan yang pas-pasan, Alhamdulillah saya dan kakak bisa menyelesaikan kuliah diploma tiga. Pendidikan itu penting untuk keluarga kami, apapun akan dilakukan kedua orang tua kami agar anak-anaknya bisa sekolah sampai jenjang yang lebih tinggi.
Di bulan ini, saya berhasil menyelesaikan kuliah sarjana di salah satu PTN di Jakarta. Alhamdulillah semua biaya kuliah sarjana bisa ditanggung sendiri dan tidak lagi merepotkan orang tua.
Di bulan ini, saya berhasil menyelesaikan kuliah sarjana di salah satu PTN di Jakarta. Alhamdulillah semua biaya kuliah sarjana bisa ditanggung sendiri dan tidak lagi merepotkan orang tua.
Saya dan pekerjaan
Sebelum di wisuda, saya magang di sebuah perusahaan asuransi selama 3 bulan. Meski gajinya tidak seberapa, tapi pengalamannya luar biasa. Alhamdulillah beberapa hari setelah wisuda, saya diterima bekerja sebagai junior accounting di sebuah perusahaan multi nasional yang baru berdiri.
Saya kurang menyukai pelajaran bahasa inggris, karena memang jarang makan roti dan keju, haha. Entah ya, saya kurang memahami bahasa inggris, makanya jadi tidak suka. Karena itu, saya menghindari melamar di perusahaan besar, takut disuruh percakapan bahasa inggris setiap hari. Eh, nyatanya takdir berkata lain, saya malah diterima sebagai junior accounting di sebuah perusahaan multi nasional. Semua laporan ataupun korespondensi menggunakan bahasa inggris. Bahkan tak jarang saya harus berbincang menggunakan bahasa inggris dengan para petinggi perusahaan ini. Di perusahaan ini, banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang saya dapat. Kalau boleh sombong, saya seperti pendirinya, (minta dilempar sepatu ini, haha). Fresh graduate tapi kerjaannya setara dengan manager. Pekerjaan utama memang accounting tapi merangkap sekertaris direktur, bagian pajak, administrator penjualan, untung tidak merangkap jadi OG alias Office Girl.
Di perusahaan ini, saya sedikit banyak tahu mengenai pendirian sebuah perusahaan, menghadapi para auditor eksternal dan auditor pajak, rapat dengan pihak luar, belajar barang-barang teknik (yang dijual cutting tools, minimal harus tahu apa yang dijual kan, hehe) dan pastinya jadi cas cis cus bahasa inggris, hehe. Karena pengalaman ini pula, saya dipinang oleh perusahaan multi nasional lain. Saya ditawari gaji lebih besar dan dikirim training ke Bangkok.
Namun sayangnya, kegembiraan saya tidak berlangsung lama. Meskipun pengalaman saya sudah oke bangets (PD akut, hehe). Tapi nyatanya pendidikan terakhir saya yang diploma tiga membuat saya ketar ketir ketika perusahaan ini dimerger. Karena perusahan ini dimerger ke perusahaan terbuka yang lebih besar dan pastinya pendidikan minimal adalah sarjana. Saya langsung minder alias rendah diri, jadilah saya hunting pekerjaan lain karena bisa dipastikan tidak ada posisi untuk saya ketika dimerger nanti.
Saya yang awalnya anti dengan lowongan PNS, akhirnya malah memutuskan untuk melamar menjadi PNS. Alasannya, bekerja sebagai PNS lebih pasti. Pasti masa kerjanya, pasti pensiunnya dan pasti penghasilannya. Tidak perlu khawatir di PHK karena merger, tidak perlu khawatir bagaimana kehidupan setelah pensiun dan pastinya tidak perlu khawatir tidak digaji karena kondisi keuangan perusahaan. Alhamdulillah saya diterima sebagai PNS.
Pada akhirnya, prinsip yang diterapkan oleh orang tua saya bahwa "Pendidikan itu Penting" memberikan banyak manfaat di kehidupan saya sekarang. Pendidikan sebagai bekal kami menghadapi masa depan.
Karena pendidikan itu penting, saya dengan kepedean tingkat akut mendaftar sebagai inspirator di kelas inspirasi jakarta. Semoga saya bisa menginspirasi murid SD untuk tetap terus bersekolah. Dengan pendidikan, kita bisa membangun mimpi anak Indonesia. Bersama membangun bangsa. Masa depan kita ada ditangan mereka.
Saya kurang menyukai pelajaran bahasa inggris, karena memang jarang makan roti dan keju, haha. Entah ya, saya kurang memahami bahasa inggris, makanya jadi tidak suka. Karena itu, saya menghindari melamar di perusahaan besar, takut disuruh percakapan bahasa inggris setiap hari. Eh, nyatanya takdir berkata lain, saya malah diterima sebagai junior accounting di sebuah perusahaan multi nasional. Semua laporan ataupun korespondensi menggunakan bahasa inggris. Bahkan tak jarang saya harus berbincang menggunakan bahasa inggris dengan para petinggi perusahaan ini. Di perusahaan ini, banyak sekali pelajaran dan pengalaman yang saya dapat. Kalau boleh sombong, saya seperti pendirinya, (minta dilempar sepatu ini, haha). Fresh graduate tapi kerjaannya setara dengan manager. Pekerjaan utama memang accounting tapi merangkap sekertaris direktur, bagian pajak, administrator penjualan, untung tidak merangkap jadi OG alias Office Girl.
Di perusahaan ini, saya sedikit banyak tahu mengenai pendirian sebuah perusahaan, menghadapi para auditor eksternal dan auditor pajak, rapat dengan pihak luar, belajar barang-barang teknik (yang dijual cutting tools, minimal harus tahu apa yang dijual kan, hehe) dan pastinya jadi cas cis cus bahasa inggris, hehe. Karena pengalaman ini pula, saya dipinang oleh perusahaan multi nasional lain. Saya ditawari gaji lebih besar dan dikirim training ke Bangkok.
Namun sayangnya, kegembiraan saya tidak berlangsung lama. Meskipun pengalaman saya sudah oke bangets (PD akut, hehe). Tapi nyatanya pendidikan terakhir saya yang diploma tiga membuat saya ketar ketir ketika perusahaan ini dimerger. Karena perusahan ini dimerger ke perusahaan terbuka yang lebih besar dan pastinya pendidikan minimal adalah sarjana. Saya langsung minder alias rendah diri, jadilah saya hunting pekerjaan lain karena bisa dipastikan tidak ada posisi untuk saya ketika dimerger nanti.
Saya yang awalnya anti dengan lowongan PNS, akhirnya malah memutuskan untuk melamar menjadi PNS. Alasannya, bekerja sebagai PNS lebih pasti. Pasti masa kerjanya, pasti pensiunnya dan pasti penghasilannya. Tidak perlu khawatir di PHK karena merger, tidak perlu khawatir bagaimana kehidupan setelah pensiun dan pastinya tidak perlu khawatir tidak digaji karena kondisi keuangan perusahaan. Alhamdulillah saya diterima sebagai PNS.
Pada akhirnya, prinsip yang diterapkan oleh orang tua saya bahwa "Pendidikan itu Penting" memberikan banyak manfaat di kehidupan saya sekarang. Pendidikan sebagai bekal kami menghadapi masa depan.
Karena pendidikan itu penting, saya dengan kepedean tingkat akut mendaftar sebagai inspirator di kelas inspirasi jakarta. Semoga saya bisa menginspirasi murid SD untuk tetap terus bersekolah. Dengan pendidikan, kita bisa membangun mimpi anak Indonesia. Bersama membangun bangsa. Masa depan kita ada ditangan mereka.
Apa itu Kelas Inspirasi?
Sebuah gerakan yang bertujuan untuk menginspirasi murid SD dengan cara mengundang profesional untuk berbagi cerita tentang profesi. Kami percaya kehadiran para profesional membuat anak-anak termotivasi untuk bercita-cita lebih tinggi dan memberikan mereka satu alasan lagi untuk tetap bersekolah. Pada hari pelaksanaan, para relawan akan diterjunkan secara berkelompok untuk mengajar di SD yang telah ditentukan. Para relawan nantinya bertugas untuk memotivasi siswa dengan cara berbagi cerita mengenai profesi masing-masing di depan kelas.
Info lengkapnya : kelas Inspirasi - berbagi inspirasi melalui profesi
Yuk, daftar kelas inspirasi jakarta, tinggal 3 hari lagi lho
Theme by Kelas Inspirasi |
menarik juga kelas inspirasinya,mau ikutan tapi aku lihat jadwal dulu ya :)
ReplyDeleteIya, Mak Lid.
DeleteAku aja langsung tertarik pas baca di websitenya. Padahal ya ga punya apa2 yg bisa dibagikan, tapi pede ajalah, hehe
hayuk, daftar, Mak ^^
Banyak emak KEB yg jadi relawan kelas inpirasi loh. Kalau di finalis SB itu mak Donna Imelda
ReplyDeleteIya, Mak Lusi.
Deletekayanya saya juga tau kelas inspirasi dari link beliau. hehe
Assalamualaikum,..maaf mba sebelumnya,mohon yah mba kalo sempet dan ada waktu jawab komenku di artikel emba kuliah di UT masuk gampang keluar susah yah.trims
ReplyDeletesudah dijawab ya ;)
DeleteTak sengaja gugling, dan nemuin tautan ini. Semoga lulus seleksiya. Sampai jumpa di KI jakarta
ReplyDeleteAamiin.
DeleteMakasih atas kunjungannya, Mak Donna ;)