Friday, March 6, 2015

Kenali dan waspada gangguan pendengaran akibat penyakit telinga tengah

Telinga merupakan salah satu organ tubuh yang berfungsi sebagai indera pendengaran. Sebagai salah satu panca indera, telinga merupakan organ penting dalam aktivitas sehari-hari. Dengan telinga yang berfungsi baik, kita dapat melakukan komunikasi verbal secara baik. Namun sayangnya, seringkali kita tidak terlalu memperhatikan telinga ketimbang panca indera lainnya. Sehingga tanpa disadari, kita mengalami ketulian yang disebabkan oleh penyakit telinga yang tidak tertangani dengan baik.

Oleh karena itu, SOHO Global Health mengadakan talkshow edukasi SOHO #BetterU dengan tema “Kenali dan Waspada Gangguan Pendengaran/Ketulian Akibat Radang Telinga Tengah”. Talkshow edukasi ini diadakan sebagai momentum Hari Kesehatan Telinga Sedunia yang jatuh 3 Maret lalu.

Talkshow edukasi ini diadakan tanggal 05 Maret lalu di RS Khusus THT – Bedah KL Proklamasi yang beralamat di Jalan Proklamasi No. 43, Jakarta Pusat. Talkshow kali ini diisi oleh narasumber dari RS Khusus THT – Bedah KL Proklamasi yaitu Prof. dr. Zainul A. Djaafar, SpTHT-KL dan perwakilan dari SOHO Global Health. Talkshow kali ini dihadiri oleh rekan-rekan media. Saya menghadiri acara ini sebagai perwakilan undangan dari Kumpulan Emak Blogger.

dok. pribadi

Acara dimulai dengan sambutan dari perwakilan SOHO Global Health. Selama 60 tahun SOHO Global Health berusaha mewujudkan masyarakat indonesia lebih sehat dengan memproduksi produk dengan bahan dasar natural / herbal tanpa meninggalkan kualitas serta keamanan produk. Talkshow edukasi ini diadakan dengan tujuan untuk memahami apa itu penyakit telinga tengah atau congek.

Perwakilan SOHO Global Health (dok.pribadi)
Setelah acara sambutan, acara dilanjutkan dengan penyerahan plakat oleh pihak SOHO kepada Prof. dr. Zainul A. Djaafar, SpTHT-KL

Penyerahan plakat dari SOHO Global Health kepada
RS Khusus THT-Bedah KL Proklamasi (dok.pribadi)

Dan acara intinya adalah penjelasan mengenai penyakit telinga tengah oleh Prof. dr. Zainul A. Djaafar, SpTHT-KL.
Prof. dr. Zainul A. Djaafar, SpTHT-KL (dok.pribadi)
Telinga merupakan organ yang paling pertama dan terakhir berfungsi dalam fase kehidupan manusia. Organ bayi yang pertama kali berfungsi ketika usia kehamilan mencapai 4 bulan adalah telinga. Oleh karena itu, seringkali kita baca artikel baik dari buku kehamilan, blog ataupun media lain yang menyebutkan bahwa sebaiknya bayi dalam kandungan mendengarkan suara-suara yang enak ataupun ayat Al-Qur’an untuk meningkatkan kecerdasan otak bayi. Selain itu, telinga juga merupakan panca indera yang berfungsi terakhir ketika manusia menghadapi sakaratul maut. Hal ini terbukti dari keluarnya airmata setelah dibisikkan kalimat syahadat di telinga orang yang sedang sakaratul maut.

Telinga merupakan organ yang paling penting tapi seringkali dilupakan. Bahkan dahulu pemerintah juga kurang memperhatikannya karena dulu hanya ada sub divisi untuk mata dan tidak ada untuk telinga. Oleh karena itu, seringkali penyakit telinga tengah ditangani terlambat dan sudah menyebabkan gangguan pendengaran bahkan ketulian. Padahal penyakit telinga tengah harus segera diobati. Lebih cepat lebih baik, lebih dini lebih baik. Jangan sampai menunggu komplikasi untuk datang ke dokter.

Radang telinga tengah (otitis media) atau yang lebih sering dikenal dengan “Congek” atau Prof. dr. Zainul A. Djaafar, SpTHT-KL lebih suka menyebutnya “telinga berair” adalah peradangan yang terjadi pada telinga bagian tengah, dapat bersifat akut dan kronis. Peradangan ini biasanya diawali dengan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga bagian tengah melalui saluran eustachius (tuba).  Saluran eustachius adalah saluran yang menghubungkan telinga bagian tengah dengan rongga di belakang hidung dan tenggorokan bagian atas.

Seringkali penyakit telinga tengah diderita oleh bayi dan anak-anak. Hal ini disebabkan karena tuba yang menghubungkan telinga dengan tenggorokan berbentuk horizontal, mendatar, pendek dan lebar. Sehingga lebih rentan masuknya kuman kedalam telinga tengah.

Penyakit telinga tengah pada anak dapat mengganggu perkembangan bahasa dan komunikasi verbal serta mengganggu proses belajarnya. Sedangkan pada dewasa dapat menganggu proses belajar mengajar dan aktivitas sehari-hari. Komplikasi penyakit telinga tengah yang berbahaya adalah meningitis dan abses otak.

Penyakit telinga tengah tidak dapat diobati dengan menggunakan Alat Bantu Dengar (ABD) karena sifatnya yang seperti gunung berapi, kadang berasap dan kadang tidak. Penggunaan ABD malah bisa memperburuk penyakit telinga tengah. Penyakit telinga tengah dapat diobati dengan obat oral atau tetes telinga. Untuk penyakit telinga tengah yang berulang atau kronis, sebaiknya dilakukan operasi bedah mikro yang menggunakan mikroskop. Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara total dan untuk melakukan pemulihan fungsi telinga. Sayangnya operasi bedah mikro masih susah ditemui di Indonesia karena fasilitas dan dokter ahli yang terbatas.

Otitis Media dibagi menjadi 3, yaitu :

  1. Otitis Media Akut (OMA)
  2. Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK)
  3. Otitis Media Efusi (OME)

Otitis Media Akut (OMA) ditandai dengan telinga yang bau, gendang telinga utuh tapi berubah warna dari abu menjadi merah. 
Stadium dalam OMA :

  1. Oklusi : Tidak jelas warnanya dan gangguan fungsi tuba
  2. Hiperemis : Berwarna merah
  3. Supurasi : Bernanah
  4. Perforasi : Pecah – disinilah fase yang disebut congek / telinga berair
  5. Resofusi : Sembuh, dalam kondisi lingkungan yang baik, infeksi akan menutup kembali setelah pecah
OMA dapat dikurangi dengan mencegah terulangnya infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ditandai dengan adanya nanah yang kemudian keluar cairan dari telinga atau seringkali disebut congek / telinga berair. OMSK juga tidak terasa sakit dan biasanya mengalami gangguan pendengaran ringan. OMSK merupakan fase perforasi dalam OMA yang terjadi selama 2 sampai 3 bulan. Tapi kadang berair dan kadang tidak. Seringkali diderita bayi dan anak. Sedangkan OMSK yang diderita dewasa merupakan proses lanjut dari OMA (tidak ditangani dengan tuntas).

OMSK dibagi menjadi dua tipe, yaitu :

  1. OMSK tipe jinak (Benigna), tanpa kolesteatom dan ditandai dengan mukosa pecah. Meski jinak tapi jika tidak ditangani dengan baik maka akan menyebabkan gangguan pendengaran/ketulian bahkan parahnya bisa menyebabkan kelumpuhan syaraf muka.
  2. OMSK tipe bahaya (maligna), dengan kolesteatom dan ditandai dengan mukosa kering
Gejala klinis OMSK yang umum terjadi pada anak, adalah :

  • Gelisah
  • Sukar tidur
  • Panas tinggi
  • Muntah
  • Diare 
  • Kejang
Hal yang menyebabkan OMSK, adalah :

  • Kurang gizi
  • Ruangan sempit
  • infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
  • Alergi

OMSK Klasik - Cairan yang mengalir di liang telinga / congek
OMSK Modern - Bernanah / lendir

OMSK juga bisa ditandai dengan adanya bisul dibelakang telinga. Bisul tersebut harus ditangani dengan baik supaya tidak terjadi meningitis.

Beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah terjadinya Otitis Media, yaitu :
  1. Menjaga kesehatan dengan berolahraga teratur
  2. Asupan gizi yang seimbang agar terhindar dari ISPA
  3. Menjaga daya tahan tubuh dan kebersihan diri (cuci tangan sebelum makan dan setelah buang air)
  4. Menjaga kebersihan udara khususnya di rumah (ventilasi yang baik dan menghindarkan asap rokok)
  5. Khusus pada bayi, pemberian ASI Ekslusif dan menghindari penggunaan botol ataupun menyusui saat berbaring.

Selesai penjelasan dari Prof. dr. Zainul A. Djaafar, SpTHT-KL mengenai penyakit telinga tengah. Dibukalah sesi tanya jawab. Karena saya masih penasaran dengan hal yang berhubungan telinga, akhirnya saya bertanya kepada Prof. dr. Zainul A. Djaafar, SpTHT-KL dua pertanyaan. Berikut tanya jawabnya :

Tanya : Ketika bayi dimandikan seringkali masih ada air yang tertinggal di telinganya. Orang tua dulu seringkali meniup telinga bayi supaya air keluar. Apakah dengan ditiupnya telinga bayi tersebut akan menyebabkan penyakit telinga tengah ataupun pecahnya gendang telinga?
Jawab : Adanya air yang tertinggal di telinga bayi bisa dikeringkan dengan cara menempelkan cotton bud ke telinga bayi. Ditempelkan supaya menyerap air bukan dikorek. Karena kalo dikorek akan menyebabkan lecet dan bisa menyebabkan penyakit telinga.

Tanya : Beberapa waktu lalu, saya menderita pilek dan menyebabkan telinga seperti tuli. Itu terjadi ketika saya berusaha mengeluarkan ingus dari hidung. Apakah itu indikasi penyakit telinga tengah?
Jawab : Hal yang anda lakukan adalah salah. Memaksakan ingus keluar dari hidung malah akan menyebabkan kuman masuk melalui tuba langsung ke telinga tengah. Jika gangguan terjadi lebih dari 1 minggu, sebaiknya diperiksakan ke dokter. 

Photo courtesy Mak Tanti
Selain saya, ada beberapa orang yang menanyakan beberapa hal kepada Prof. dr. Zainul A. Djaafar, SpTHT-KL. Berikut beberapa tanya jawab yang sempat saya catat :

Tanya : Apakah baik mengorek telinga ketika gatal?
Jawab : Gatal terjadi bisa jadi disebabkan karena air yang menyerap ke telinga ketika mandi. Tapi tidak disarankan mengoreknya sendiri karena akan menyebabkan lecet bahkan penyakit telinga tengah. Mengorek sendiri telinga dapat menyebabkan kotoran masuk ke dalam telinga tengah atau bahkan cotton bud bisa ketinggalan di dalam telinga. Sebaiknya segera periksakan ke dokter ketika telinga dirasa penuh.

Tanya : Bayi yang menyusu melalui botol lebih rentan menderita OMA, apakah betul?
Jawab : Karena pemberian sufor ataupun asi menggunakan botol posisinya tidak seperti ibu menyusui, maka besar kemungkinan kuman masuk melalui tuba.

Tanya : Apakah OMA perlu menggunakan antibiotik?
Jawab : OMA biasanya didahului dengan ISPA. Tidak ada salahnya menggunakan antibiotik tapi perlu dilihat situasi dan kondisi pasien. Apabila panasnya sedang, tidak perlu menggunakan antibiotik.

Tanya : Berapa kali dalam setahun dilakukan pemeriksaan telinga seperti pemeriksaan rutin untuk gigi?
Jawab : Pemeriksaan rutin telinga tergantung pada masing-masing orang. Untuk menentukan berapa kali pemeriksaannya dapat ditentukan ketika pertama kali pemeriksaan telinga. Karena dalam pemeriksaan telinga pertama dapat terlihat apakah produksinya banyak atau sedikit.

Tanya : Berapa jam yang disarankan untuk menggunakan earphone?
Jawab : Jika frekuensi yang ditangkap 80 desibel, waktu yang disarankan adalah 3 - 4 jam.


Selesai acara tanya jawab, acara ditutup oleh MC. Prof. dr. Zainul A. Djaafar, SpTHT-KL sebagai narasumber langsung dikerubuti rekan media yang ingin wawancara. Kalo saya sih lebih memilih untuk makan, haha. Lauk yang dihidangkan enak. Sebelum mulai acara juga disediakan coffee break.

Mak Tanti dan Mak Orin akan mencicipi hidangan makan siang

Mak Orin, Aku dan Mak Tanti
Photo courtesy @Sohonatural
Sebelum pulang, saya mendapatkan goodie bag. Alhamdulillah ya hari ini dapat ilmu yang bermanfaat plus dapat goodie bag pula.

Terima kasih atas undangannya SOHO Global Health.
Terima kasih juga Kumpulan Emak Blogger ada atas kesempatan menghadiri undangan ini.

Isi Goodie Bag  (dok.Pribadi)

Semoga bermanfaat ya.
Jangan lupa periksa telinga ya. Telinga yang gatal bisa saja menandakan bahwa telinga kita tidak sehat. Harus segera diperiksakan lho.

20 comments:

  1. Sangat lengkap, mak..
    Nanti sy ke sini lagi, tadi baca skimming dulu.. Ibu saya sakit telinga, gara2 sering dibersihin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mak. Keseringan dibersihkan malah bisa lecet.

      Delete
  2. Makasih sharingnya maak, penting abnget terutama buat ortu yang punya anak balita

    ReplyDelete
  3. olalalala...kalau telinga dirasa penuh disarankan ke dokter tho?
    Padahal, saya biasa di koek pakai cooton bud neh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mak. Menghindari hal2 yang tdk diinginkan, sebaiknya ke dokter.

      Delete
  4. ilmu yg bermanfaat mak....
    sewaktu saya SD dulu..... banyak anak2 SD yg mengalami penyakit ini, tapi skrg ini sudah tdk pernah saya temui lagi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin dulu Informasi mengenai perawatan Telinga masih kurang ya, Mak. Jadina banyak yg kena penyakit Telinga.

      Delete
  5. kalau pakai pembersih telinga yang di cungkil gitu aman gak ya mak, yang ada lampunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dokternya bilang sih "tidak disarankan membersihkan sendiri". Sebaiknya dibersihkan oleh Dokter, Mak

      Delete
  6. Jadi kalau anak gelisah dan susah tidur harus waspada ya mak...
    jangan sampai anak terkena OMSK


    Karakter

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo udah bisa ngomong sih, Qta lebih gampang deteksi ya, Mak. Tapi Kalo masih bayi, ya gegara yg saya sebutkan patut diwaspadai.

      Delete
  7. Oyayaya saya tau tuh rs tht yg di proklamasi, Dulu sering saya lewatin kalo naik 502 perjalanan ke kantor.

    Kalo telinga saya gatal, pertanda Sudah penuh Dan perlu bantuan cotton bud mak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saya malah baru tau RSnya pas acara ini, hehe.

      Kata Dokternya Kalo pake cotton bud dikhawatirkan malah masuk semakin dalam ;)

      Delete
  8. wew.. lengkap banget mak..
    bahaya juga ya kalau terjadi gangguan pendengaran..
    harus sering2 ke dokter buat ngecek telinga..hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya ga sering juga sih. Tergantung produksi kotorannya, cepat penuh ato engga.

      Delete
  9. dulu adik saya, periksa THTnya juga di jl Proklamasi. Emang penting banget, deh, ini peduli sama urusan THT. Apalagi kalau telinga yang udah bermasalah. Gak enak banget. Thx untuk repostasenya, ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mak Chi. Kata Dokternya, telinganya pasti kasih tanda Kalo ga beres.
      Sama2, Mak ;)

      Delete
  10. Lengkapppp...aku baru tau...berarti emang ttp kudu diperhatikan ya kesehatan telinga itu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maacih, kaka.

      Sama, aku juga baru tau pas hadir di acara ini, hehe

      Delete

Please kindly write your comment... Thanks in advance for comment ... wishes my blog inspire you... ^^ |

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...