Saturday, December 3, 2011

Kisah Mertua dan Menantu

Mertua itu sama dengan orang tua..
Cerita dalam tulisan ini menggunakan nama samaran tapi cerita ini diambil dari kisah nyata. Demi menjaga rahasia empunya cerita, maka saya menyamarkan kisahnya. (Bahasanya guaya bener deh.hehe)
Mari bercerita...
Ada seorang wanita tua sebut saja Ibu Eni, dia memiliki seorang anak lelaki bernama Beni. Kini, anak lelaki itu telah menikah dengan seorang perempuan bernama Aisyah.
Sebelum menikah, Aisyah hampir tiap hari berkunjung kerumah Beni. Ibu Eni merupakan penjual nasi kuning, tiap sore dia menjajakan jualannya didepan rumah. Aisyahpun ikut membantu Ibu Eni berjualan. Ibu Eni sayang sekali dengan Aisyah sampai pada suatu hari Ibu Eni menyarankan Beni untuk menikahi Aisyah.
Diawal pernikahan mereka (Beni dan Aisyah.Red), Aisyah merupakan menantu yang baik dan penurut. Sampai pada suatu ketika, Aisyah mulai berubah perangai. Aisyah yang dulu ramah sopan dan manis berubah menjadi pemarah.

Akhirnya Ibu Enipun memutuskan untuk memecah rumah. Ibu Beni membagi rumah tersebut menjadi 3 bagian. Bagian depan untuk Kakaknya Beni dan Beni, bagian belakang untuk Ibu Eni. Keputusan ini dibuat agar tidak terjadi pertengkaran diantara Aisyah dengan Ibu Eni.
Makin hari perangai Aisyah semakin buruk. Dimulai dari tidak mendistribusikan air kerumah Ibu Eni sampai yang paling terbaru memaki Ibu Eni didepan umum. Yang paling terbaru ketika Beni mendapat sembako dan memberikannya kepada Ibu Eni. Aisyah malah memarahi Beni dan memaki Ibu Eni, padahal wajarlah jika seorang anak lelaki mencukupi kebutuhan ibunya.
Selain itu, sikap Aisyah yang suka mendengarkan radio dengan suara nyaring juga menyebabkan Ibu Eni tidak dapat tidur. Beberapa kali ditegur oleh para tetangga, Aisyah malah makin menjadi.
Selidik punya selidik ternyata sikap manis yang diperlihatkan Aisyah selama ini hanya kedok belaka. Malang nasib Ibu Eni. Seharusnya diumur yang renta ini, dia berbahagia dan menikmati hari tuanya. Tapi Ibu Eni masih berjuang mencukupi hidupnya sendiri tanpa bantuan anak dan menantunya.
Padahal ya, didalam Al-Qur'an dan hadist tertulis bahwasanya seorang anak lelaki memiliki kewajiban kepada kedua orang tuanya terutama Ibunya sampai dia meninggal. Jadi meskipun seorang anak lelaki sudah menikah, dia tetap berkewajiban mengutamakan Ibunya dibandingkan istrinya.
Dari kisah ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwasanya suami (anak lelaki) berkewajiban berbakti kepada ibunya dan mengajarkan istrinya berbuat baik kepada ibunya. Sebagai istri berkewajiban berbakti kepada suami dan mertua. Karena mertua itu sama dengan orang tua sendiri.
Sebelum memutuskan untuk menikah, ada baiknya sama-sama terbuka dengan sikap masing-masing. Baik dan buruknya pasangan akan mempengaruhi kehidupan pernikahan. Terutama yang berhubungan dengan keluarga pasangan (baik itu mertua ataupun ipar). Tidak perlulah bersikap berlebihan dengan mencari muka kepada calon mertua (keluarga pasangan) dengan sikap manis, tapi bersikaplah sewajarnya dan tulus. Itu sudah cukup untuk mewujudkan keluarga yang harmonis.

Semoga kisah ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua. Ambil yang baik, buang yang buruknya. Maaf apabila terdapat kesalahan dalam bercerita. Saya hanya manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. :)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

No comments:

Post a Comment

Please kindly write your comment... Thanks in advance for comment ... wishes my blog inspire you... ^^ |

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...