Thursday, March 28, 2013

Saya bukan pengemis

ilustrasi by me (Novia)
Saya bukan pengemis,itulah yg tersirat dari wajah seorang bapak tua yang saya temui dijalan siang ini. Hal itu tersirat ketika saya mengajaknya makan siang bersama, dia menjawab dengan terbata-bata "malu".. (what a surprise? Jawaban diluar dugaan saya *mimik wajah saya melongo*).

Awal cerita, saya sedang berdiri ditepi jalan depan tokem (toko kemanggisan-semacam toko kelontong dekat kantor). Saya sedang menunggu pesanan gado-gado untuk makan siang. Nah,tiba-tiba mata ini tertuju pada sesosok pria tua penjual kerupuk. Beberapa kali pandangan mata ini saling bertatapan, tapi saya masih sesekali melihat ke arah lain dan memutar pandangan. Entah kenapa saya berpikir bahwa si bapak melihat ke arah saya karena lapar (ditempat saya berdiri banyak pedagang makanan kaki lima). Setelah beberapa kali saya hanya memandang. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mendekati.


Saya menghampiri bapak tua penjual kerupuk itu, semakin terenyuhlah hati ini melihat keadaan beliau. Ternyata selain sudah lanjut usia, penglihatan beliau juga kurang jelas. Nah,disinilah saya memulai percakapan dengan beliau, seperti yang saya sudah tulis diatas, Kata pertama yg keluar dari beliau "malu". Saya jadi ikut malu, mungkin sikap saya membuat bapak jadi merasa direndahkan. Akhirnya saya menawari untuk membungkus saja makanannya. Alhamdulillah beliau menerimanya. Beliau berjalan menuju pojok jalanan, beliau menunggu saya disitu (sekali lagi beliau merasa malu jika harus menunggu disamping saya, sementara pelayan sedang membungkus makanan). 

Setelah semua makanan telah terbungkus, tidak ada lagi percakapan antara saya dengan bapak. Karena bapak sepertinya sudah sangat lapar. Saya bergegas meninggalkannya.

Selama perjalanan ke kantor, saya takjub sekaligus bangga dengan bapak tua penjual kerupuk itu. Beliau sudah lanjut usia tapi masih berusaha untuk menafkahi diri dan keluarganya. Bahkan ketika orang lain ingin memberi, beliau sempat menolaknya. Padahal kalau dipikir, penghasilan menjual kerupuk itu tidak seberapa (kalau dilihat secara materi) tapi sungguh luar biasa perjuangan bapak. Semoga bapak selalu diberikan kesehatan dan keselamatan dalam berjualan. Semoga jualannya cepat laku & habis supaya bapak bisa istirahat dirumah. Aamiin

Ohya, sepertinya didaerah palmerah ini saya beberapa kali menemukan tuna netra dan bapak-bapak tua  berjualan kerupuk dengan pikulan. Mungkin pemilik kerupuk memang membantu orang-orang seperti bapak untuk menafkahi hidupnya. Semoga makin banyak orang yang memikirkan mereka. Aamiin

Moral of this artikel :
  1. Jika bapak yang sudah lanjut usia dengan keterbatasannya bisa menafkahi dirinya tanpa menjadi pengemis.  Kita yang masih muda juga harus bisa menafkahi diri tanpa meminta-minta atau menjadi pengemis (berusaha sendiri).
  2. Kita harus lebih peka terhadap lingkungan sekitar. Mulailah dari diri sendiri.
  3. Saling membantu terhadap sesama itu penting. Tidak ada perbuatan yang sia-sia.
  4. Pesan suamiku "apa yang kita perbuat adalah apa yang diperbuat orang lain ke kita". Jadi banyak berbuat baik, pastinya orang lain juga akan melakukan hal yang sama kepada anda.
Semoga bermanfaat ^__^

No comments:

Post a Comment

Please kindly write your comment... Thanks in advance for comment ... wishes my blog inspire you... ^^ |

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...