Akhir bulan lalu, saya dan keluarga berada di Yogyakarta. Dari jauh hari, saya memang sudah niat untuk menghabiskan cuti di kampung halaman (Sebenarnya kampung halaman suami dan Papa sih, kalau saya kan lahir dan besar di Jakarta - info ga penting, hehe). Sebelum ke Yogyakarta, kami berada di kampung halaman suami (Desa Kedungjambal, Tawangsari, Sukoharjo). Setelah dua hari berada disana, kami melanjutkan perjalanan ke kampung halaman Papa (Yogyakarta).
Hari pertama, kami sampai di Yogyakarta, kami tidak berencana untuk berkeliling Yogyakarta. Sepertinya masih jetlag karena kami baru sampai di Yogya selasa pagi dari kampung halaman suami di Sukoharjo yang jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam dengan mengendarai mobil. Malam harinya, kami berkunjung ke rumah pakde saya di daerah Galur untuk bersilahturahmi.
Hari pertama, kami sampai di Yogyakarta, kami tidak berencana untuk berkeliling Yogyakarta. Sepertinya masih jetlag karena kami baru sampai di Yogya selasa pagi dari kampung halaman suami di Sukoharjo yang jarak tempuhnya kurang lebih 2 jam dengan mengendarai mobil. Malam harinya, kami berkunjung ke rumah pakde saya di daerah Galur untuk bersilahturahmi.
Hari kedua, kami baru memulai berwisata di Yogya. Sebenarnya hampir saja kami tidak jadi jalan-jalan karena sesampainya di Yogya Arfan sakit (arfan sempat dibawa ke UGD RS dekat Rumah karena sakit sesak nafasnya kambuh). Tapi melihat kondisi Arfan yang mulai membaik dan tetap pecicilan, akhirnya rencana tetap dilanjutkan.
Wisata di Yogya dimulai dengan mengunjungi De Mata (3D Trick Eye Museum). Ceritanya biar kekinian gitu deh, kan tempat wisata ini lagi hits banget di Yogya.
Kami berangkat ke De Mata selepas zuhur, perjalanan ditempuh dengan waktu kurang lebih 30 menit (jaraknya kurang lebih 19Km dari Rumah, lancar banget ya, beda banget sama di Jakarta haha). De Mata Museum terletak di Basement XT Square, Jalan Veteran, Umbul Harjo, Daerah Istimewa Yogyakarta 55161
(0274) 380809. Museum ini pertama kali dibuka di Yogya tanggal 22 Desember 2013 dan mendapatkan penghargaan dari MURI di bulan Januari 2014.
De Mata Trick Eye Museum merupakan salah satu museum gambar 3d art dengan berbagai macam tema, mulai dari tema alam, olahraga sampai superhero. Setidaknya ada 120 gambar 3d di museum ini. Apabila kita pose dengan latar belakang gambar 3d art, maka foto yang dihasilkan akan tampak seperti nyata.
Harga tiket masuk di De Mata Rp.40.000. Ketika saya berkunjung, saya hanya membayar Rp.30.000 karena Happy Hour (Happy hour dimulai pukul 10.00 pagi sampai 03.00 sore. Jam operasional museum dimulai pukul 10.00 pagi hingga 10.00 malam).
Setelah puas foto-foto dan berpose di De Mata, kami melanjutkan kunjungan ke De Arca. De Arca masih satu lokasi dengan De Mata, cuma beda gedung aja sih. De Arca museum merupakan tempat wisata yang menyimpan patung lilin replika tokoh-tokoh ataupun orang-orang terkenal, mulai dari tokoh indonesia, tokoh internasional hingga artis terkenal. Konsepnya sama dengan museum Madame Tussaud di luar negeri. Jadi kalau mau dikira sedang liburan ke luar negeri, wajib berkunjung dan foto-foto di De Arca.
Jam operasional sama dengan De Mata, mulai pukul 10.00 pagi hingga 10.00 malam. Untuk harga tiket masuk sedikit berbeda dengan De Mata. Harga tiket masuk di De Arca Rp.50.000, sedangkan untuk Happy hour dikenakan tiket seharga Rp.35.000.
Sayangnya nih, suamiku dan Arfan tidak masuk ke dalam dua museum tersebut. Si Mas sibuk dengan laptopnya dan Arfan tidak berani masuk ke museum (ini mah ketularan sama emaknya. Emaknya waktu masih kecil juga takut ke museum, haha).
Sempat mampir ke alun-alun Kraton Yogyakarta karena si Adek penasaran dengan pohon beringin di tengah alun-alun. Sayangnya, kami tidak sempat turun dari mobil karena cuaca panas dan sepi banget. Mau ngapain juga panas-panas ditengah alun-alun? emangnya mau berjemur? haha.
Perjalanan dilanjutkan ke Pantai Parang Tritis, permintaan khusus dari Ibu Ratu aka Mamah, hehe. Sebenarnya si Mas mau ngajak ke Pantai Indrayanti, tapi kalau sudah dapat titah, ye apa mau dikata, haha.
Sesampainya di Pantai Parang Tritis, si Adek malah sibuk minta foto-foto centil gitu deh. Dan saya pun ikutan foto dengan background karang dan keramaian pantai parang tritis. Mas, Arfan dan Mamah sudah mendekati bibir pantai.
Berbicara tentang Pantai Parang Tritis, saya mau sedikit curcol neh. It's been long time to visit here. Meski sering ke Yogyakarta, saya tidak pernah kesini. Pantai ini punya sedikit cerita perjalanan hubungan saya dan Mas. Di Pantai Parang Tritis ini, kami memulai pertemanan (sekitar 14 tahun yang lalu, lama amat yaks, haha). Dari teman kemudian jadi pacar, dan sekarang jadi pasangan suami istri. Agak cengar cengir aja kalau inget Pantai ini, meski suami mah datar aja ya (lha, dia kan emang begitu modelnya), haha.
Kembali ke cerita wisata. Saya tidak lama berada di Pantai karena saya lebih suka menunggu di tempat makan di pinggir pantai sambil minum es kelapa. Di Pantai Parang Tritis, pengunjung tidak diperbolehkan untuk renang tapi boleh surfing (agak bingung juga neh dengan aturannya, tapi ya sudahlah, haha). Kalaupun mau maksa renang, boleh saja tapi harus dipinggir banget dan dengan pengawasan karena dikhawatirkan sewaktu-waktu ombak dapat menyambar ke pinggir pantai.
Berbeda dengan Ancol Jakarta yang penuh sesak dengan restoran seafood, di pantai ini jarang sekali ditemukan tempat makan seafood. Menu yang ditawarkan umumnya bakso, mie ayam dan nasi goreng. Saya mencoba pesan bakso, mie yang digunakan adalah mie instan bukan mie basah seperti di Jakarta (sama halnya dengan mie ayam, hanya bumbunya saja kuah kaldo ataupun bumbu mie ayam).
Bagi kalian yang ingin berkeliling pantai tanpa berjalan kaki, bisa berkeliling dengan motor ATV, berkuda ataupun naik delman. Mas dan arfan naik motor ATV dengan tarif Rp.30.000/jam. Saya, Ai dan Mamah naik delman dengan tarif Rp.30.000 (jika ingin sampai ke karang, tarifnya Rp.50.000).
Karena Ibu Ratu pengen makan seafood dan salah satu pedagang di pantai merekomendasikan Pantai Depok. Maka jadilah kami berkendara ke Pasar Ikan Pantai Depok untuk makan seafood.
Sesampainya di Pantai Depok, suasana sepi. Tidak terlihat adanya keramaian, kami pikir mungkin karena waktu sudah menunjukkan. Tidak lama kemudian, ada seorang wanita menawarkan tempat makannya. Kami baru tau kalau pasar ikannya terletak di ujung lapangan. Pasar ikannya modern (tidak becek) karena berada di dalam gedung, tampak ramai dari jendela-jendela gedung. Kami mengurungkan niat untuk bersantap malam seafood disana karena angin pantai terlalu kencang dan dingin. Sehingga kami khawatir anak-anak bisa masuk angin. Lalu, kami memutuskan untuk kembali ke rumah.
Sekian perjalanan wisata Yogya kali ini. Nantikan cerita wisata Yogya selanjutnya.
De Mata Trick Eye Museum merupakan salah satu museum gambar 3d art dengan berbagai macam tema, mulai dari tema alam, olahraga sampai superhero. Setidaknya ada 120 gambar 3d di museum ini. Apabila kita pose dengan latar belakang gambar 3d art, maka foto yang dihasilkan akan tampak seperti nyata.
beberapa fose di De Mata (serasa lagi dimana gitu, hehe) |
Suka banget fose ini, tapi lupa tangan satunya pegang kain, haha |
Setelah puas foto-foto dan berpose di De Mata, kami melanjutkan kunjungan ke De Arca. De Arca masih satu lokasi dengan De Mata, cuma beda gedung aja sih. De Arca museum merupakan tempat wisata yang menyimpan patung lilin replika tokoh-tokoh ataupun orang-orang terkenal, mulai dari tokoh indonesia, tokoh internasional hingga artis terkenal. Konsepnya sama dengan museum Madame Tussaud di luar negeri. Jadi kalau mau dikira sedang liburan ke luar negeri, wajib berkunjung dan foto-foto di De Arca.
Jam operasional sama dengan De Mata, mulai pukul 10.00 pagi hingga 10.00 malam. Untuk harga tiket masuk sedikit berbeda dengan De Mata. Harga tiket masuk di De Arca Rp.50.000, sedangkan untuk Happy hour dikenakan tiket seharga Rp.35.000.
serasa lagi di Thailand ya, hehe |
Sayangnya nih, suamiku dan Arfan tidak masuk ke dalam dua museum tersebut. Si Mas sibuk dengan laptopnya dan Arfan tidak berani masuk ke museum (ini mah ketularan sama emaknya. Emaknya waktu masih kecil juga takut ke museum, haha).
Sempat mampir ke alun-alun Kraton Yogyakarta karena si Adek penasaran dengan pohon beringin di tengah alun-alun. Sayangnya, kami tidak sempat turun dari mobil karena cuaca panas dan sepi banget. Mau ngapain juga panas-panas ditengah alun-alun? emangnya mau berjemur? haha.
Perjalanan dilanjutkan ke Pantai Parang Tritis, permintaan khusus dari Ibu Ratu aka Mamah, hehe. Sebenarnya si Mas mau ngajak ke Pantai Indrayanti, tapi kalau sudah dapat titah, ye apa mau dikata, haha.
pose dulu ah di Pantai kenangan bersama Ibu Ratu :D |
Sesampainya di Pantai Parang Tritis, si Adek malah sibuk minta foto-foto centil gitu deh. Dan saya pun ikutan foto dengan background karang dan keramaian pantai parang tritis. Mas, Arfan dan Mamah sudah mendekati bibir pantai.
Berbicara tentang Pantai Parang Tritis, saya mau sedikit curcol neh. It's been long time to visit here. Meski sering ke Yogyakarta, saya tidak pernah kesini. Pantai ini punya sedikit cerita perjalanan hubungan saya dan Mas. Di Pantai Parang Tritis ini, kami memulai pertemanan (sekitar 14 tahun yang lalu, lama amat yaks, haha). Dari teman kemudian jadi pacar, dan sekarang jadi pasangan suami istri. Agak cengar cengir aja kalau inget Pantai ini, meski suami mah datar aja ya (lha, dia kan emang begitu modelnya), haha.
Kembali ke cerita wisata. Saya tidak lama berada di Pantai karena saya lebih suka menunggu di tempat makan di pinggir pantai sambil minum es kelapa. Di Pantai Parang Tritis, pengunjung tidak diperbolehkan untuk renang tapi boleh surfing (agak bingung juga neh dengan aturannya, tapi ya sudahlah, haha). Kalaupun mau maksa renang, boleh saja tapi harus dipinggir banget dan dengan pengawasan karena dikhawatirkan sewaktu-waktu ombak dapat menyambar ke pinggir pantai.
Berbeda dengan Ancol Jakarta yang penuh sesak dengan restoran seafood, di pantai ini jarang sekali ditemukan tempat makan seafood. Menu yang ditawarkan umumnya bakso, mie ayam dan nasi goreng. Saya mencoba pesan bakso, mie yang digunakan adalah mie instan bukan mie basah seperti di Jakarta (sama halnya dengan mie ayam, hanya bumbunya saja kuah kaldo ataupun bumbu mie ayam).
Bagi kalian yang ingin berkeliling pantai tanpa berjalan kaki, bisa berkeliling dengan motor ATV, berkuda ataupun naik delman. Mas dan arfan naik motor ATV dengan tarif Rp.30.000/jam. Saya, Ai dan Mamah naik delman dengan tarif Rp.30.000 (jika ingin sampai ke karang, tarifnya Rp.50.000).
Senja di Pantai Kenanga, hehe |
Karena Ibu Ratu pengen makan seafood dan salah satu pedagang di pantai merekomendasikan Pantai Depok. Maka jadilah kami berkendara ke Pasar Ikan Pantai Depok untuk makan seafood.
Sesampainya di Pantai Depok, suasana sepi. Tidak terlihat adanya keramaian, kami pikir mungkin karena waktu sudah menunjukkan. Tidak lama kemudian, ada seorang wanita menawarkan tempat makannya. Kami baru tau kalau pasar ikannya terletak di ujung lapangan. Pasar ikannya modern (tidak becek) karena berada di dalam gedung, tampak ramai dari jendela-jendela gedung. Kami mengurungkan niat untuk bersantap malam seafood disana karena angin pantai terlalu kencang dan dingin. Sehingga kami khawatir anak-anak bisa masuk angin. Lalu, kami memutuskan untuk kembali ke rumah.
Sekian perjalanan wisata Yogya kali ini. Nantikan cerita wisata Yogya selanjutnya.
ih nyesel ke JOgja gak mampir ke museum itu
ReplyDeleteaku malah udah langsung merencanakan ke museum ini sejak di Jakarta, Mak.
Deletenext time wajib dikunjungi kalau ke Yogya lagi, Mak Lid
Aku baru tau ada De arca, keren ya konsepnya
ReplyDeleteiya, Mak. Konsepnya seperti Madame Tussaud.
DeleteKeren dan kreatif yah museumnyahhh
ReplyDeletebanget!!
DeleteLuchuuuuu yg ama macan
ReplyDeletede mata n de arca berarti salah satu destinasi wisata yang wajin dikunjungi kalo ke jogja :)
ReplyDeletejadi arfan diluar mak g masuk museum??hehehe....aku kalo hais jalan ke paris,langsung cabut makan2 ke pantai depok,asik aja raanya...makan sabil lihat ombak besar..di pantai depok ombaknya lumayan besar soalnya^^
ReplyDeleteIndah sekali pemandangan sunsetnya
ReplyDeletebelum pernah ke museum ini maak...ih kangen pisan sunset paris....kangen yogya...dah lama ngga kesana...
ReplyDeletekapan-kapan mau mampir kesana ah :D
ReplyDeleteMuseum di Jogya ini mirip dengan Museum Angkut di Batu Malang ya. Pingin ke sana.
ReplyDeleteItu dedeknya nangiiiiiss hehehe :D
Berarti ke museumnya pas happy hour saja, ya. Mayan 10ribuu. .. hahaha
ReplyDeleteWaktu ke DeMata belum ada patungnya gitu. Banyak nggak patungnya?
ReplyDeleteWah, jadi pingin ke Yogya. :D
ReplyDeleteBelum pernah ke sana sejak rekreasi SMP.
De Mata di XT Square :D deket rumahku itu mbak :D
ReplyDeleteAku belum pernah ke Parangtritis, Mak. Hihihihi oh murah ya bayar naik ATVnya. Pengen ke Jogja lagi lalu mampir ke sini.
ReplyDeleteKeren sekali yah, jad pengen kesana. Nabuuung duluuu deh
ReplyDeletepengeeeennn ke Jogja lagi. Saya pengen wisata pantainya :D
ReplyDeletewaaaaah kapan ke Jogja lagi yaaa? seru ya Jogja sekarang.
ReplyDeleteKeren, sampai foto bareng sama Einstein, aku aja blum pernah, hehe
ReplyDeleteErrrr, aku lho pingin ke Jogja tapi belum belum juga :3
ReplyDeleteMudah2an tahun depaaan ah bisa main ke Jogja, dan 3 tempat ini semoga bisa aku datangin :D
Aku yg pingin banget ke De'mata ituu mbak
De mata dan De Arca kayak pasangan kekasih yaw kak, ceritanya cinlok dan tetanggaan. Wah sayangnya, si kecil nggak mau masuk ke museum, padahal bagus. :-)
ReplyDelete