|
Mandalawangi Cibodas Camping Ground
|
27-28 Maret 2021
Ini kali ketiga kami melakukan kemah. Tapi kali ini, kami kemah hanya sekeluarga. Kemah sebelumnya di Bumi Perkemahan - Bukit Golf Cibodas dan Highland Camp - Megamendung - Jawa Barat, kami berkemah bersama keluarga Pak Sur (teman Pak Suami). Karena kali ini hanya berkemah sendiri, kami berangkat sejak pagi dari rumah. Kalau berkemah bareng Pak Sur, biasanya Pak Sur yang datang awal dan mencarikan area kemahnya. Kami baru sampai menjelang dzuhur.
Kalau di 2 lokasi perkemahan sebelumnya, jalur menuju area perkemahan mudah dilalui. Meski harus melalui jembatan bambu tapi termasuk mudah dilalui. Setidaknya kami mudah untuk bolak/i mengangkut barang bawaan. Ketika sampai di area parkir, porter sudah menunggu kami dan ternyata jalur menuju area perkemahan memang sulit (jalan setapak bebatuan, licin, jalan menurun dan curam). Jalan dari parkir ke lokasi kemah, cukup jauh dengan tangga naik turun
tanpa pagar pembatas. Kalau saya disuruh bolak/i angkut barang, 1-2x aman, lebih dari itu bisa kepleset, hehehe.
Sesampainya di area perkemahan, selagi mencari tempat yang cocok untuk mendirikan tenda. Saya bergegas untuk mengeluarkan perabotan masak, maklum sudah masuk jam makan siang. Dikarenakan agak repot untuk mengeluarkan makanan beku, akhirnya saya memasakkan anak-anak mie instan (makanan andalan untuk kemah, hehehe). Anak-anak senang sekali makan mie, wajarlah karena saya memang membatasi makan mie dirumah. Sehingga waktu kemah jadi ajang untuk menikmati mie sepuasnya, hehehe
|
Menu makan siang ketika berkemah
|
Setelah beberapa kali mencari lokasi mendirikan tenda, akhirnya diputuskan untuk mendirikan tenda depan toilet. Pertimbangannya karena lebih mudah ke akses air bersih. Jangan berharap toilet yang nyaman ya, dikarenakan toilet ini tidak berbayar, jadilah toilet ini seperti seadanya saja. Dari 4 toilet yang tersedia, hanya 1 toilet yang bisa digunakan, itupun airnya kecil sekal disertai bak mandi yang tidak terawat. Tapi emang dasar saya bukan tipikal ibu-ibu yang jijik-an, jadi bukannya dihindari, saya malah bebersih lantai kamar mandinya, ahahaha. Dalam pikiran saya, yang penting lantainya tidak licin, jadi tidak bahaya buat anak-anak. Dan hampir semua toilet di area perkemahan berbayar, jadi hanya toilet kami ini yang tidak berbayar. Sehingga toilet ini termasuk yang banyak penggunanya.
|
Toilet dibelakang tenda, disamping ayunan itu sungai
|
Setelah perut kenyang, Pak Suami mengajak kami untuk mengunjungi air terjun/curug. Sejujurnya kami juga tidak tahu lokasi air terjunnya, jadi kami mengikuti petunjuk dan bertanya dengan tukang bakso yang mangkal. Sebagai informasi, banyak tukang jajanan yang berkeliling dari pagi hingga sore, jadi tidak perlu khawatir kelaparan jika stok makanan habis.
Jalur menuju air terjun lumayan berbahaya dengan jalan sempit tanpa pagar pembatas. Beberapa kali kami harus mengingatkan anak-anak untuk hati-hati dan tidak bercanda karena khawatir terpleset ke jurang. Perjalanan yang menegangkan berganti dengan kegembiraan anak-anak bisa menikmati air terjun di atas kepala mereka. Entah banyak yang tidak tahu ada air terjun atau karena sudah sore, hanya kami yang berada di air terjun. Sepi, hanya gemuruh air yang turun dari atas dan bunyi hewan-hewan menemani keriaan. Langit mulai berubah gelap dan saya pun mengajak suami dan anak-anak untuk kembali ke tenda karena jalanan bisa bertambah licin ketika turun hujan. Belum sampai setengah perjalanan kembali ke tenda, kami baru menyadari bahwa beberapa lintah menempel di kaki suami dan Arfan. Karena terlalu asyik menikmati air terjun, kami sampai tidak menyadari kalau banyak lintah di air terjun tersebut. Alhasil, Pak Suami berusaha melepaskan lintah di kakinya dan kaki Arfan.
|
Unnamed curug
|
Setelah sampai di tenda, saya langsung menyiapkan makanan. Selagi menunggu makanan matang, anak-anak main air lagi di air terjun depan tenda. Jadi, depan tenda kami ada juga air terjun kecil dan kolam air mancur.
|
Air Terjun depan tenda
|
Setelah perut kenyang dan mandi, anak-anak ketiduran di tenda. Saya baru
mau beberes perabotan dan menyiapkan makan malam, tiba-tiba hujan
turun. Hujannya awet dari kisaran jam 5 sore hingga tengah malam. Kami
belum berpengalaman berkemah ketika hujan, sehingga tidak memiliki
persiapan menghadapi hujan. Meski tidak kehujanan, tapi tendanya tidak
kuat menampung terlalu banyak air hujan, sehingga ada tembusan
disana-sini bahkan beberapa air mengenang dibawah tenda karena masuk
dari pintu depan-belakang tenda.
Pak Suami juga tidak sempat membuat
parit sehingga air masuk kedalam tenda. Sayapun membantu menguras air
dengan perlengkapan seadanya di dalam tenda. Intinya tenda kami kemasukan air alias kebanjiran, hahaha. Alhamdulillah kami membawa kasur lipat yang belum dibuka plastiknya sehingga anak-anak tetap bisa tidur diatas kasur tanpa kebasahan. Semua perabotan dan perlengkapan, terutama pakaian dinaikan keatas bangku agar tidak basah. Pokoknya seru banget deh pontang-panting menghalau air supaya tidak makin parah banjirnya. Hujan lagi lebatnya, anak-anak terbangun karena lapar. Terpaksa makan mie lagi. Setelah hujan berhenti, kami segera menyiasati tenda agar tidak kemasukan air.
Alhamdulillah matahari bersinar cerah keesokan paginya. Sebagian barang yang basah, kami jemur di depan tenda. Sayapun menyiapkan sarapan untuk anak-anak. Tidak ada rencana untuk melihat perkemahan sekitarnya, kami terlalu lelah untuk berkeliling. Anak-anak bermain ayunan dan berlarian di sekitaran tenda saja. Saya dan suami kelelahan karena hujan kemarin.
Menjelang siang, kami segera membereskan tenda dan perlengkapannya. Kami memang berencana pulang setelah ashar. Selagi kami membereskan barang, awan mulai gelap. Karena takut terjebak hujan seperti kemarin, kami bergegas membereskan barang, meski akhirnya hujan rintik mulai turun.
Saya dan anak-anak bersegera ke mobil agar bisa berteduh karena tenda sudah kami bongkar. Menurut Akang Porter, kawasan ini cukup
sering di guyur hujan ketika sore-malam hari. Jadilah, untuk yang mau berkemah disini, jangan lupa persiapan menghadapi hujan.
Waktu belum menunjukkan pukul 6 sore, tapi kabut sudah turun dikarenakan hujan. Jarak pandang juga pendek.
|
Kabut turun menjelang pulang
|
Kemah kali ini memang sangat seru dan melelahkan, tapi ya tidak ingin diulang kembali.
Berikut biaya yang diperlukan untuk berkemah disini :
- Tarif Kemah Rp.25.000,00/orang/malam (berlaku untuk anak-anak juga)
- Tarif listrik Rp.100.000,00
- Tarif Porter Rp.25.000,00 sekali jalan
- Tarif Parkir Rp.15.000,00
Rating : 2/5
Asyik main di tempat kek gini, apalagi bisa dibuat camping dan wisata alam banget. Surga dunia ....
ReplyDelete